Kamis, 13 Desember 2012


DEFINISI MUTU MENURUT BEBERAPA AHLI


YUDITHYA AULIA
D3-MLM/A
223411017

1.      Joseph M. Juran
   Juran berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan, seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan.

Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993 : 32), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:
a.       Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
b.      Psikologis, yaitu citra rasa atau status.
c.       Waktu, yaitu kehandalan.
d.      Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
e.       Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur.

Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak adanya jaminan kualitas (quality assurance), dan sesuai etika bila digunakan.
Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan.
a)      Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan
Ciri-ciri produk berkualitas tinggi adalah apabila memiliki ciri-ciri yang khusus atau istimewa berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan.
b)      Bebas dari kelemahan
Suatu produk dikatakan berkualitas tinggi apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun.

Dr. Joseph M. Juran sangat terkenal dengan konsep trilogy kualitas, yaitu, perencanaan, pengendalian dan peningkatan kualitas.
Sumber:http://www.google.co.id/urlsa=t&rct=j&q=pendapat%20j%20m%20juran&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CGgQFjAI&url=http%3A%2F%2Fanisahalatthas.files.wordpress.com%2F2010%2F01%2Fmodul-03-sejarah-pengertian-kualitas1.doc&ei=_pC-UJ7tL8iGrAfqtIDAAg&usg=AFQjCNEbcaIi75Ifgsj5tDr9MgZobehMFw

Lahir pada 24 Desember tahun 1904 di Braila-Moldova, Dr. Joseph M. Juran mengemukakan kerisauannya akan perkembangan manajemen kualitas dunia saat itu dengan pernyataannya bahwa “telah terjadi krisis kualitas”. Anak dari Jakob (seorang pembuat sepatu desa ini), mempunyai pemahaman bahwa cara tradisional tidak akan mampu lagi menghadapi krisis kualitas yang terjadi.
Pendapat ini tentu bisa diterima mengingat pada saat itu dunia industri masih banyak yang memakai sistem manajemen kualitas konvensional dan kondisi ini sangat mengusik pengalaman industri dan intelektualitas seorang Dr. Joseph M. Juran.
Pada tahun 1986, sarjana bidang electrical engineering yang mengawali karirnya di perusahaan Western Electric ini mempublikasikan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), dengan mengidentifikasi aspek ketiga dalam manajemen kualitas yakni perencanaan kualitas (quality planning).

Penerapan konsep Trilogi Kualitas menjadikan cakupan manajemen kualitas menjadi lebih luas dan kompleks. Membutuhkan keahlian dan dukungan sumber daya dalam pelaksanaannya.
1. Perencanaan Kualitas (quality planning)
- memenuhi kebutuhan pelanggan/konsumen
- tentukan market segment (segmen pasar) produk
- mengembangkan karakteristik produk sesuai dengan permintaan konsumen
- mengembangkan proses yang mendukung tercapainya karakteristik produk
2. Pengendalian Kualitas (quality control)
- mengevaluasi performa produk
- membandingkan antara performa aktual dan target
- melakukan tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan
3. Perbaikanan Kualitas (quality improvement)
- mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement)
- membangun infrastruktur yang memadai
- membentuk tim
- melakukan pelatihan-pelatihan yang relevan
Sumber: http://hardipurba.com/2008/10/06/trilogi-kualitas.html

2.      Philip B. Crosby

Menurut Crosby (1979 : 58), kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Sumber:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pendapat%20j%20m%20juran&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CGgQFjAI&url=http%3A%2F%2Fanisahalatthas.files.wordpress.com%2F2010%2F01%2Fmodul-03-sejarah-pengertian-kualitas1.doc&ei=_pC-UJ7tL8iGrAfqtIDAAg&usg=AFQjCNEbcaIi75Ifgsj5tDr9MgZobehMFw

Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu yang tahan lama, atau dokter yang ahli. Ia juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan proses top down.
Sumber: http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25403063-10475-karoseri-chapter2.pdf

Ungkapan “zero defects” and “right first time” dipromosikan pertama kali oleh seorang tokoh manajemen kualitas Philip Crosby, awal tahun 1970-an. Zero defects Philip Crosby bukanlah berarti melakukan dengan sempurna dan tanpa kesalahan. Merupakan hal yang sungguh sangat sulit atau bahkan mustahil dilakukan khususnya pada industri manufaktur dengan ratusan proses dan dengan ribuan parts atau komponen. Crosby mau menekankan bahwa tidak bisa diijinkan sejumlah kesalahan dibangun pada suatu produk atau proses dan mau mengubah perspektif orang.
Tokoh yang memublikasikan Quality Is Free pada tahun 1979 ini meyakini bahwa manajemen memegang peranan utama dalam pengendalian kualitas dan para pekerja hanyalah mengikuti para manajer. Ketika terdapat kualitas produk yang jelek maka penanggungjawab utama akan hal tersebut bukanlah para worker (pekerja), para manajer harus melakukan evaluasi sebagai penanggungjawab utama kualitas.
Philip Crosby menggambarkan “empat hal yang mutak pada manajemen kualitas” yang lebih dikenal dengan The Four Absolutes of Quality Management yang antara lain menekankan:
>> kualitas digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan sebagai
“kebaikan” atau “kerapihan”.
>> Sistem untuk membangun kualitas adalah pencegahan bukan penilaian.
>> Standar performa harus zero defect (nol defect).
>> Pengukuran dari mutu adalah price (harga) ketidaksesuaian bukan indeks.

Tidak hanya sampai di situ, Philip Crosby dengan sangat jelas dan sistematis memberikan metode pelaksanaannya yang dikenal dengan “Empat belas tahapan program perbaikan kualitas”.
1. Komitmen manajemen dengan penekanan pada pencegahan defect (cacat).
2. Tim perbaikan kualitas menyusun anggota tim dari setiap departemen atau fungsi beserta semua perangkat yang diperlukan.
3. Lakukan pengukuran kualitas untuk memantau/memonitor status dan aktivitas perbaikan.
4. Biaya evaluasi kualitas oleh alat pengontrol untuk figur yang akurat.
5. Kesadaran kualitas dengan mengomunikasikan biaya/ongkos kualitas.
6. Tindakan korektif untuk menanamkan suatu kebiasaan mengidentifikasi segala permasalahan dan memperbaikinya.
7. Adanya satu komite atau panitia khusus untuk mendukung ”zero defects”.
8. Melatih para penyelia/supervisor sedemikian sehingga semua para manajer dapat memahami program tersebut dan mampu menjelaskannya.
9. Laksanakan dan sosialisasilkan suatu “hari tanpa defect”.
10. Menentukan sasaran/target tim yang spesifik dan terukur.
11.Mendorong komunikasi karyawan dengan manajemen mengenai rintangan dan tantangan dalam membangun kualitas.
12. Memperkenalkan pencapaian prestasi.
13.Dewan kualitas dari para profesional kualitas memimpin informasi status dan gagasan kualitas.
14. Melakukannya lagi, peningkatan kualitas terus menerus tanpa akhir.



3.    Dr. Armand V. Feigenbaum
Dr. Feigembaum lebih berkonsentrasi dengan struktur organisasi dan pendekatan system untuk memperbaiki kualitas dari pada metode statistic. Organisasional aspek ini penting bagi perbaikan kualitas, karena inisiatif perbaikan kualitas ini biasanya tidak berasar bawah atau “grass roots”.

Menurut Feigenbaum (1986 : 7), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction).suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.
Sumber: http://hardipurba.com/2008/11/05/zero-defects-philip-crosby.html

4.      K. Ishikawa
      Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
Sumber:http://digilib.petra.ac.id/viewer.phppage=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25403063-10475-karoseri-chapter2.pdf

Diagram Tulang Ikan Ishikawa


Diagram ini memang lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan manufacturing atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan bersifat visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat.
Sumber: http://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/12/21/diagram-tulang-ikan/