DEFINISI MUTU MENURUT BEBERAPA
AHLI
YUDITHYA AULIA
D3-MLM/A
223411017
1.
Joseph M. Juran
Juran
berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan, seperti sepatu
yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor
atau ke pesta. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan
pelanggan.
Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993 : 32), kualitas produk adalah kecocokan
penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan penggunaan itu
didasarkan pada lima ciri utama berikut:
a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status.
c.
Waktu, yaitu kehandalan.
d.
Kontraktual, yaitu adanya
jaminan.
e. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau
jujur.
Kecocokan penggunaan suatu
produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama,
meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak
adanya jaminan kualitas (quality
assurance), dan sesuai etika bila digunakan.
Kecocokan penggunaan produk
seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya
memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan.
a) Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan
pelanggan
Ciri-ciri produk berkualitas
tinggi adalah apabila memiliki ciri-ciri yang khusus atau istimewa berbeda dari
produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat
memuaskan pelanggan.
b)
Bebas dari kelemahan
Suatu produk dikatakan berkualitas tinggi apabila di
dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun.
Dr. Joseph M. Juran sangat terkenal
dengan konsep trilogy kualitas, yaitu, perencanaan, pengendalian dan
peningkatan kualitas.
Sumber:http://www.google.co.id/urlsa=t&rct=j&q=pendapat%20j%20m%20juran&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CGgQFjAI&url=http%3A%2F%2Fanisahalatthas.files.wordpress.com%2F2010%2F01%2Fmodul-03-sejarah-pengertian-kualitas1.doc&ei=_pC-UJ7tL8iGrAfqtIDAAg&usg=AFQjCNEbcaIi75Ifgsj5tDr9MgZobehMFw
Lahir pada 24 Desember tahun 1904 di Braila-Moldova, Dr.
Joseph M. Juran mengemukakan kerisauannya akan perkembangan manajemen kualitas
dunia saat itu dengan pernyataannya bahwa “telah terjadi krisis kualitas”. Anak
dari Jakob (seorang pembuat sepatu desa ini), mempunyai pemahaman bahwa cara
tradisional tidak akan mampu lagi menghadapi krisis kualitas yang terjadi.
Pendapat ini tentu bisa diterima mengingat pada saat itu
dunia industri masih banyak yang memakai sistem manajemen kualitas konvensional
dan kondisi ini sangat mengusik pengalaman industri dan intelektualitas seorang
Dr. Joseph M. Juran.
Pada tahun 1986, sarjana bidang electrical engineering
yang mengawali karirnya di perusahaan Western Electric ini
mempublikasikan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), dengan mengidentifikasi
aspek ketiga dalam manajemen kualitas yakni perencanaan kualitas (quality
planning).
Penerapan konsep Trilogi Kualitas menjadikan cakupan
manajemen kualitas menjadi lebih luas dan kompleks. Membutuhkan keahlian dan
dukungan sumber daya dalam pelaksanaannya.
1. Perencanaan Kualitas (quality planning)
- memenuhi kebutuhan pelanggan/konsumen
- tentukan market segment (segmen pasar) produk
- mengembangkan karakteristik produk sesuai dengan
permintaan konsumen
- mengembangkan proses yang mendukung tercapainya
karakteristik produk
2. Pengendalian Kualitas (quality control)
- mengevaluasi performa produk
- membandingkan antara performa aktual dan target
- melakukan tindakan jika terdapat
perbedaan/penyimpangan
3. Perbaikanan Kualitas (quality improvement)
- mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement)
- membangun infrastruktur yang memadai
- membentuk tim
- melakukan pelatihan-pelatihan yang relevan
Sumber: http://hardipurba.com/2008/10/06/trilogi-kualitas.html
2.
Philip B. Crosby
Menurut Crosby
(1979 : 58), kualitas adalah conformance
to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila
sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan
baku, proses produksi, dan produk jadi.
Sumber:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pendapat%20j%20m%20juran&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CGgQFjAI&url=http%3A%2F%2Fanisahalatthas.files.wordpress.com%2F2010%2F01%2Fmodul-03-sejarah-pengertian-kualitas1.doc&ei=_pC-UJ7tL8iGrAfqtIDAAg&usg=AFQjCNEbcaIi75Ifgsj5tDr9MgZobehMFw
Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian
terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu yang tahan lama, atau
dokter yang ahli. Ia juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada
proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan proses top down.
Sumber: http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25403063-10475-karoseri-chapter2.pdf
Ungkapan “zero defects” and “right first time”
dipromosikan pertama kali oleh seorang tokoh manajemen kualitas Philip Crosby,
awal tahun 1970-an. Zero defects Philip Crosby bukanlah berarti
melakukan dengan sempurna dan tanpa kesalahan. Merupakan hal yang sungguh
sangat sulit atau bahkan mustahil dilakukan khususnya pada industri manufaktur
dengan ratusan proses dan dengan ribuan parts atau komponen. Crosby
mau menekankan bahwa tidak bisa diijinkan sejumlah kesalahan dibangun pada
suatu produk atau proses dan mau mengubah perspektif orang.
Tokoh yang memublikasikan Quality Is Free pada tahun 1979 ini meyakini bahwa manajemen memegang peranan
utama dalam pengendalian kualitas dan para pekerja hanyalah mengikuti para
manajer. Ketika terdapat kualitas produk yang jelek maka penanggungjawab utama
akan hal tersebut bukanlah para worker (pekerja),
para manajer harus melakukan evaluasi sebagai penanggungjawab utama kualitas.
Philip Crosby menggambarkan “empat hal yang mutak pada
manajemen kualitas” yang lebih dikenal dengan The Four Absolutes of
Quality Management yang antara lain menekankan:
>> kualitas digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan,
bukan sebagai
“kebaikan” atau “kerapihan”.
>> Sistem untuk membangun kualitas adalah pencegahan bukan
penilaian.
>> Standar performa harus zero
defect (nol defect).
>> Pengukuran dari mutu adalah price (harga)
ketidaksesuaian bukan indeks.
Tidak hanya sampai di situ, Philip Crosby dengan sangat
jelas dan sistematis memberikan metode pelaksanaannya yang dikenal dengan
“Empat belas tahapan program perbaikan kualitas”.
1. Komitmen manajemen dengan
penekanan pada pencegahan defect (cacat).
2. Tim perbaikan kualitas menyusun
anggota tim dari setiap departemen atau fungsi beserta semua perangkat yang
diperlukan.
3. Lakukan pengukuran kualitas untuk
memantau/memonitor status dan aktivitas perbaikan.
4. Biaya evaluasi kualitas oleh alat
pengontrol untuk figur yang akurat.
5. Kesadaran kualitas dengan
mengomunikasikan biaya/ongkos kualitas.
6. Tindakan korektif untuk
menanamkan suatu kebiasaan mengidentifikasi segala permasalahan dan
memperbaikinya.
7. Adanya satu komite atau panitia
khusus untuk mendukung ”zero defects”.
8. Melatih para penyelia/supervisor
sedemikian sehingga semua para manajer dapat memahami program tersebut dan
mampu menjelaskannya.
9. Laksanakan dan sosialisasilkan
suatu “hari tanpa defect”.
10. Menentukan sasaran/target tim
yang spesifik dan terukur.
11.Mendorong komunikasi karyawan
dengan manajemen mengenai rintangan dan tantangan dalam membangun kualitas.
12. Memperkenalkan pencapaian
prestasi.
13.Dewan kualitas dari para
profesional kualitas memimpin informasi status dan gagasan kualitas.
14. Melakukannya lagi, peningkatan
kualitas terus menerus tanpa akhir.
3. Dr.
Armand V. Feigenbaum
Dr.
Feigembaum lebih berkonsentrasi dengan struktur organisasi dan pendekatan
system untuk memperbaiki kualitas dari pada metode statistic. Organisasional
aspek ini penting bagi perbaikan kualitas, karena inisiatif perbaikan kualitas
ini biasanya tidak berasar bawah atau “grass roots”.
Menurut Feigenbaum (1986 : 7), kualitas adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (full costumer satisfaction).suatu
produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada
konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.
Sumber: http://hardipurba.com/2008/11/05/zero-defects-philip-crosby.html
4.
K. Ishikawa
Ishikawa
berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap
bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal
akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
Sumber:http://digilib.petra.ac.id/viewer.phppage=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/tmi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-25403063-10475-karoseri-chapter2.pdf
Diagram Tulang Ikan Ishikawa
Diagram ini memang
lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan manufacturing
atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan
masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan
bersifat visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat.
Sumber: http://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/12/21/diagram-tulang-ikan/